Legenda Dewa Harem

Chapter 205: Halusinasi



Chapter 205: Halusinasi

Haru sama sekali tidak berani membuka mulutnya untuk melayangkan protes ataupun suara lainnya. Dia sangat takut bahwa suaranya itu mengundang serangan kelereng lagi. Terlebih, seluruh kelereng yang melayang sebelumnya mengenai dirinya tanpa meleset satu kali pun!

Menatap ke bawah, wajah Kaori juga terlihat sama bingungnya dengan dirinya. Haru sudah benar-benar marah, melihat Kaori yang tergeletak tidak berdaya tersebut, dia ingin memukulnya. Tetapi setelah mengingat serangan kelereng tersebut, Haru tidak berani bertingkah gegabah. Dia sekarang ragu harus berbuat apa.

Setelah memikirkan hal ini, Haru mengambil keputusan untuk melangkah maju. Tetapi setelahnya dia melangkah, sebuah kelereng kembali melesat dari lantai 2. Haru dengan cepat menutup wajahnya dengan tangannya, tetapi kelereng tersebut berhasil melewati jari-jarinya dan menghantam wajahnya.

Kali ini, Haru benar-benar menyerah untuk menghadapi serangan kasat mata tersebut. Sambil sumpah serapah, dia berjalan keluar dari dalam rumah.

Kaori yang menutupi tubuhnya dengan tangannya, terkejut melihat Haru keluar dari rumahnya.

Menatap ke lantai 2, Kaori melihat Randika yang berjalan kembali ke kamarnya.

Ternyata dia!

Kaori berdiri, mengunci pintu rumahnya rapat-rapat, berjalan ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamarnya. Di situ dia melihat Randika yang sedang duduk di kasurnya dengan kepala menunduk.

"Terima kasih." Kaori menutup pintu dan berjalan menghampiri Randika. Tanpa bantuan Randika, sepertinya dirinya sudah diperkosa oleh si bajingan Haru itu.

"Tidak masalah." Dengan wajah yang sangat pucat, Randika memaksa dirinya untuk tersenyum.

"Kamu sakit apa? Mau aku memanggil ambulans ke sini?" Melihat wajah pucat tersebut, Kaori benar-benar cemas.

Randika merasa dirinya ingin pingsan. Untuk menolong Kaori dari Haru, Randika menggunakan sejumlah tenaga dalamnya untuk menembak kelereng-kelereng tersebut meskipun tubuhnya belum membaik secara penuh. Kehilangan secuil tenaga dalamnya sudah mampu membuat dirinya kelelahan dan kekuatan misteriusnya mulai menunjukan tanda-tanda akan melawan kembali.

"Bisa aku minta tolong?" Kata Randika dengan susah payah.

Kaori mengangguk, tatapan matanya penuh dengan perasaan cemas.

"Duduklah di sampingku dan jangan bergerak." Kata Randika.

Kaori dengan cepat duduk diam di samping Randika. Pada saat ini, Randika mengambil sebuah pil obat dan meminumnya. Bersamaan dengan masuknya obat tersebut, tenaga dalamnya yang sepanas matahari itu bertemu dengan es dan salju, ia dengan cepat menyusut dan mendinginkan. Tetapi berdasarkan apa yang dia rasakan, kekuatan misteriusnya itu sepertinya melawan balik!

Pada saat ini, dari sisi pandangan Kaori, terlihat seperti kabut tipis yang keluar dari tubuh Randika lalu menghilang begitu saja. Pada saat ini, kekuatan misterius dalam tubuh Randika sudah tidak melawan dan tenang kembali.

Ketika Kaori melihat Randika menelan sesuatu dan menutup matanya, perempuan ini bingung harus berbuat apa. Apakah dia harus berdiam diri saja?

Randika merasa bahwa tubuhnya semakin membaik tiap detiknya. Sejujurnya, kakek ketiganya ini sedikit salah tentang menjelaskan bahwa Randika harus menyerap energi dari perempuan. Memang berhubungan badan akan membuat efek samping obatnya hilang dengan cepat, tetapi sebenarnya duduk bersebelahan dengan perempuan sudah cukup untuk menyerap energi feminimnya. Asalkan ada kontak kulit maka energi tersebut bisa diserap.

Mungkin kakeknya tidak dapat menyadarinya dan menikmati efeknya ketika mencoba meminumnya satu butir. Mungkin kakeknya itu merasa muda kembali.

Meskipun ini adalah obat yang dia minum kedua kalinya, efeknya ternyata lebih terasa daripada sebelumnya. Tidak butuh waktu lama untuk dirinya mengambil alih tubuhnya kembali dan rasa sakitnya sudah menghilang.

Namun, semua rasa sakit itu hanya tidur kembali di tubuhnya, suatu saat nanti kekuatan misteriusnya itu akan menyerangnya kembali.

Setelah beberapa menit berlalu, Kaori menatap Randika yang masih menutup matanya dan bertanya.

"Apa ada hal lain yang bisa kubantu?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Randika tiba-tiba membuka matanya. Hal ini membuat kaget Kaori sebab mata Randika benar-benar merah seluruhnya.

Randika sudah meminum obat ini untuk kedua kalinya untuk hari ini, efek sampingnya benar-benar membuat nafsu Randika akan perempuan sangat tinggi.

Awalnya Randika sudah berhasil menekan nafsu birahinya yang besar ini, tetapi mendengar suara lembut Kaori itu membuyarkan konsentrasinya. Sesudahnya dia melihat sosok perempuan di pandangannya, insting Randika mengambil alih.

Kaori menatap Randika dengan tatapan penuh penasaran, tetapi Randika mendadak memeluknya dan menindihnya di atas kasur. Mulut mereka berdua langsung beradu satu sama lain.

Perubahan mendadak ini membuat Kaori tidak bisa bereaksi, tetapi dia langsung memberontak ketika lidah Randika mulai menguasai pertarungan. Karena Randika jauh lebih kuat dari Haru, Kaori sama sekali tidak punya kesempatan untuk kabur.

Randika mencium Kaori dengan panas, tangannya sudah berenang-renang di tubuh Kaori. Dia merasa perempuan yang ada di bawahnya itu bagaikan gunung es yang dapat memadamkan api di dalam tubuhnya.

Selama beberapa menit, keadaan berlanjut seperti ini. Yang tidak Randika duga adalah perlawanan dari Kaori menjadi lemah dan dia mulai membalas ciuman ataupun rangsangan Randika.

Kaori sendiri merasa bahwa pria ini sudah membantunya sekali jadi tidak ada salahnya dia membalas utang budinya itu.

Setelah mengalami perubahan hati, badan Kaori ikut menjadi panas dan tangannya memeluk erat Randika.

Setelah bertukar ciuman, Randika mulai menjelajahi leher dan dada Kaori.

Kaori menyambut ini dengan hangat dan dia sendiri membantu Randika dengan membuka bajunya agar Randika bisa merangsang dirinya dengan lebih leluasa. Memang orang luar negeri itu luar biasa, mereka terbiasa tidur dengan orang asing dan bangun keesokan harinya seolah tidak ada apa-apa. Jika mereka menyukai kemampuan orang tersebut di ranjang, maka mereka akan menjadi TTM.

Kaori juga membantu Randika melepaskan bajunya, dalam sekejap mereka berdua sudah tidak berpakaian. Melihat pakaian dalam yang sexy itu, Randika langsung menerjang mangsanya. Dia dengan cepat mencopotnya lalu meraba, menjilat putingnya, dan menjepitkan alat kelaminnya di dadanya.

Setelah keluar dan menyemprotnya di dadanya Kaori, sepertinya kesadaran Randika mulai kembali lagi.

Melihat dada perempuan yang menolongnya itu berlumuran calon anak-anaknya, Randika tersenyum pahit. Sejak kapan dia menjadi ganas seperti ini dan bertindak layaknya orang mesum ketika dia pertama kali bertemu dengan perempuan? Meskipun Kaori sama sekali tidak melawan dan membantu dirinya untuk keluar, hal ini tetap tidak sopan dan kasar menurut Randika. Dan kenapa wajah pasangannya itu terlihat biasa-biasa saja?

Randika hanya bisa merasa malu.

Namun, sepertinya tombol Kaori sudah tertekan dan dia membuka celananya sendiri.

Lalu tiba-tiba Kaori merasa dahinya tengah dicium.

Merasakan kelembutan ciuman tersebut, dia menyadari bahwa sosok Randika telah menghilang. Angin berhembus dari jendela kamarnya dan dia berbaring sendirian di kasurnya.

Ke mana orang itu?

Kaori benar-benar terkejut. Dia berdiri dan melihat sekelilingnya, apakah barusan itu hanya halusinasi saja? Tetapi melihat sperma yang kental di dadanya itu, dia yakin bahwa tadi itu bukanlah halusinasi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.