Legenda Dewa Harem

Chapter 216: Masuk ke Dalam Perangkap!



Chapter 216: Masuk ke Dalam Perangkap!

Randika yang sudah dirasuki oleh rasa dendam itu masuk tanpa berpikir panjang. Tetapi, pintu yang ada di belakangnya itu tiba-tiba tertutup dan membuat Randika terjebak di ruangan yang gelap ini.

Tidak sampai di situ, pintu kayu tersebut sekarang dilapisi oleh pintu baja yang tebal!

Dalam sekejap, Randika sudah terjebak di ruangan gelap dan tertutup rapat.

Randika memeriksa sekelilingnya, dia akhirnya sadar telah masuk ke dalam jebakan Bulan Kegelapan dan Shadow. Sosok mereka berdua bahkan sama sekali tidak terlihat di ruangan ini.

Dengan tatapan dingin, Randika menyalurkan tenaga dalamnya ke tangannya dan meletakkannya di atas pintu baja tersebut. Dengan satu hentakan kaki, tenaga dalamnya meledak di pintu tersebut!

Suara dari ledakan itu terdengar keras tetapi pintu baja tersebut hanya bergeming, sama sekali tidak terbuka. Meskipun di bawah serangan Randika yang dahsyat, pintu baja tersebut sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda rusak.

Mau tidak mau, Randika mulai cemas di hatinya.

Randika, dengan adrenalin dan tenaga dalam yang masih mengalir deras, menempelkan kedua tangannya dan sekali lagi memukul pintu baja tersebut. Namun, pintu tersebut masih tidak menunjukan tanda-tanda terbuka.

Randika bergerak ke tengah ruangan, dan pada saat ini, ruangan gelap ini tiba-tiba dipenuhi dengan asap kuning dan hijau yang membuat Randika mengerutkan dahinya.

Pada saat ini, di ruangan bawah tanah ini, tiba-tiba muncul proyeksi seorang manusia yaitu Shadow.

Randika menatap ilusi dari Shadow dengan tatapan dingin. Shadow tersenyum dan mengatakan. "Lama tidak bertemu tuan."

Randika tidak menjawab sama sekali.

"Apa ini pertama kalinya tuan merasa tidak berdaya? Takut akan kematian?" Senyuman Shadow semakin menjadi. "Ini adalah perangkap yang sudah kupersiapkan untukmu, aku tidak menyangka Ares yang diagung-agungkan itu akan tertipu dengan mudah."

Randika masih terdiam.

"Biarkan aku memperkenalkan tempat ini." Shadow berjalan melewati Randika dan mengangkat kedua tangannya. "Seluruh ruangan ini terbuat dari campuran logam khusus. Pintu baja itu juga telah diperkuat bahkan bom nuklir sekalipun tidak bisa membuatnya bergeming. Aku telah menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk memastikan kau tidak bisa kabur dari tempat ini."

"Melihat wajahmu yang tidak berdaya itu, semua uang yang kuhabiskan itu sepadan." Shadow lalu tertawa. "Bagaimana rasanya berada di ambang kematian? JAWAB AKU!"

Randika masih terdiam dan menatap Shadow dengan dingin.

"Oh iya, jangan pikir asap itu cuma asap racun biasa, racun ini sudah dimodifikasi khusus untuk membunuhmu." Meskipun sempat kesal karena Randika terdiam, Shadow sudah tenang kembali. "Kau akan merasakan tubuhmu akan kehilangan kekuatan dan setiap jengkal tubuhmu akan merasakan sakit. Rasa sakit itu tidak akan hilang sebelum kau menggaruk kulit, tulang, dan akhirnya kau akan mati oleh rasa sakit itu."

Randika akhirnya membuka mulutnya dan bertanya. "Kenapa kamu mengkhianatiku?"

Ya, inilah alasan yang sampai sekarang tidak dimengerti oleh Randika. Dia tidak tahu kenapa Shadow memilih untuk berkhianat meskipun selama ini dia memperlakukan perempuan ini dengan baik.

"Kau benar-benar ingin tahu?" Shadow tersenyum arogan. "Karena kau adalah Ares dan aku hanyalah sebuah bayangan."

Randika mengerutkan dahinya. Pada saat yang sama, racun semakin memenuhi ruangan tertutup ini. Randika dengan cepat menutup pori-porinya dengan tenaga dalamnya, tetapi hal ini tidak bisa berlangsung lama.

Shadow menatap dingin Randika, di tatapannya mengandung ambisi tersembunyi. "Kau adalah raja dunia bawah tanah, kau adalah harapan orang-orang. Kau bisa menentukan siapa yang mati siapa yang hidup. Tetapi aku hanya bisa berada di balik kegelapan, semakin terang kau bersinar semakin gelap keberadaanku. Tidak peduli bagaimana aku berusaha, aku tidak lebih dari sebuah bayangan. Bahkan aku tidak bisa menunjukan diriku yang sebenarnya pada orang-orang."

Melihat ambisi besar yang ditunjukan Shadow, Randika mengerutkan dahinya. Dia dapat menilai kekuatan ataupun kemampuan orang, luka yang diderita orang, tetapi Randika sama sekali tidak bisa melihat hati seseorang.

Dia benar-benar meremehkan ambisi Shadow untuk berkuasa.

"Oleh karena itu, aku hanya bisa membunuhmu dan menjadi Ares yang baru. Aku tidak ingin bernaung di bawah kegemilangan seseorang lagi. Aku hanya ingin. Menjadi diriku!" Tatapan Shadow sudah dipenuhi dengan kebencian.

"Aku dulu menolongmu, mengajarimu, memberimu tujuan, semuanya sudah kuberikan untukmu." Nada suara Randika terdengar dingin, dia bersusah payah menahan rasa marahnya di dalam hatinya. Begitu dia membiarkan aura membunuhnya keluar, asap beracun itu akan masuk ke dalam tubuhnya.

"Dan hutangku itu sudah lunas!" Shadow tiba-tiba berteriak, wajahnya kembali menunjukan ekspresi marah. "Aku telah membantumu membangun jaringan intelijen di seluruh dunia, semua informasi penting sudah kuberikan walau nyawaku jadi taruhannya, aku membunuh orang demi namamu. Tanpa aku, kau bukanlah siapa-siapa!"

Randika tidak membalas sama sekali. Racun di ruangan ini mulai masuk ke dalam tubuhnya. Dia dapat merasakan asap racun itu menembus kulitnya, berenang di darahnya dan mulai menggerogoti tubuhnya secara perlahan.

Pandangannya mulai kabur.

"Karena hutangku itu sudah lunas, sudah seharusnya aku mengambil apa yang pantas kudapatkan setelah bertahun-tahun menjadi budakmu. Dan jangan khawatir, setelah kau mati, aku akan membuat pasukanmu itu menjadi pasukan paling mematikan di seluruh dunia sama seperti ambisimu dulu."

Randika menggelengkan kepalanya. "Aku tidak peduli menjadi nomor satu di dunia atau tidak. Aku hanya bingung kenapa dulu aku berbaik hati menerimamu."

"Oh jadi kau menyesalinya?" Shadow tersenyum kembali. "Aku tidak menyangka seorang Ares memiliki perasaan menyesal, ini pertama kalinya aku melihatnya."

"Jika aku tahu kamu adalah seekor ular berbisa, aku rasa semua orang akan menyesalinya." Kata Randika dengan santai.

Tubuh Shadow menjadi kaku tetapi dia berhasil menenangkan dirinya kembali. "Sebagai mantan anak buahmu, aku akan memberimu saran. Lima menit lagi kau akan merasakan rasa sakit yang luar biasa dan mati secara perlahan. Saranku matilah sebelum rasa sakit itu melanda."

Setelah berkata seperti itu, gambar Shadow menghilang.

Di ruangan bawah tanah ini, Randika berdiri sendirian dengan wajah yang berkeringat. Tiba-tiba dia terjatuh dan meringkuk kesakitan seperti udang.

Randika bisa merasakan bahwa tubuhnya sudah dipenuhi oleh racun gas tersebut dan mengamuk di setiap bagian tubuhnya. Pada saat yang sama, kekuatan misterius dalam tubuhnya juga memberontak. Randika kejang-kejang, dan pada saat yang sama, dia mengalirkan tenaga dalamnya untuk menenangkan tubuhnya yang menderita itu.

Dalam sekejap, keringatnya sudah membentuk kolam di sekitarnya. Seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat dan kulitnya menjadi kemerahan. Dalam sekejap, kulitnya itu seperti hendak menjadi warna hijau. Gas beracun itu sepertinya sebentar lagi menguasai darahnya yang mengalir di pembuluh darahnya.

Rasa sakit yang dia rasakan sangatlah luar biasa. Dia berniat mengambil obat dari kakek ketiganya tetapi tangannya sama sekali tidak bisa bergerak. Seluruh tubuhnya menjadi kaku. Meskipun dia masih memiliki kesadarannya, seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak sama sekali. Dia sama sekali tidak berdaya ketika gas beracun dan kekuatan misterius di dalam tubuhnya itu mengamuk di dalam tubuhnya.

Randika perlahan merasa nyawanya semakin hilang tiap detiknya dan matanya mulai menutup. Gas beracun dan kekuatan misterius di dalam tubuhnya menimbulkan efek gatal di seluruh tubuhnya.

Perasaan ini benar-benar aneh, dia ingin menggaruknya tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak.

Tubuh milik Randika ini benar-benar dalam keadaan kacau. Tenaga dalamnya tidak bisa mengalir, kekuatan misteriusnya memanfaatkan kesempatan ini untuk memberontak dan gas beracun itu sudah menyebar di seluruh tubuhnya dan mematikan fungsi tubuhnya secara perlahan.

Awalnya, di dalam tubuhnya terdapat dua kekuatan yaitu tenaga dalamnya dan kekuatan misterius. Sebelum ini, keduanya memiliki keharmonian yang menciptakan kestabilan, tetapi sekarang kehadiran gas beracun khusus yang dibuat Shadow ini membuat tubuhnya seakan akan meledak.

Ketiganya berperang di dalam tubuh Randika dengan brutal. Perasaan seperti ini sama sekali tidak bisa digambarkan, hal ini sama seperti tiga singa sedang menggigit dirinya dan 1000 semut merah sedang merangkak di tubuhnya.

Wajah Randika sudah berubah-ubah, asap putih mulai keluar dari dalam tubuhnya.

Pada saat ini, proyeksi Shadow mulai muncul kembali.

"Tuan, apa kau sudah mati?"

Shadow jongkok persis di samping Randika yang tersungkur di lantai. Randika terus menerus menutup matanya. Dia merasakan ketiga kekuatan itu bertarung dengan liar di tubuhnya, rasa sakit itu justru mencegahnya mati. Tetapi tiba-tiba, kekuatan misterius dalam tubuhnya itu untuk pertama kalinya berhasil mengambil alih tubuh inangnya. Ia sepertinya sudah capek tertidur dan akhirnya memilih untuk bangkit!

Di proyeksi, hanya ada sosok Shadow dan Bulan Kegelapan sama sekali tidak terlihat.

Saat Shadow melihat Randika yang meringkuk kesakitan seperti udang, wajahnya sama sekali tidak menunjukan rasa simpati. Inilah yang ingin dia lihat.

Randika harus mati, barulah setelah itu Shadow bisa menjadi Ares yang baru.

Meskipun Randika yang merawatnya dan memberikan dirinya tempat bernaung, nafsu Shadow sudah tidak bisa dipuaskan dengan berada di balik layar. Dia menginginkan semuanya!

Randika masih tidak berbicara dan menutup matanya, dia merasa tubuhnya sudah tidak bisa dia kendalikan dan mulai kejang-kejang.

Melihat kondisi Randika yang seperti ini, Shadow tertawa puas. Rencananya telah berhasil!

Tetapi sejujurnya, Randika sudah lama kehilangan kesadarannya.

Gas beracun di dalam ruangan bawah tanah ini semakin tebal. Tubuh Randika sudah diselimuti oleh asap tersebut. Randika yang tergeletak di lantai itu sudah berhenti bergerak.

Shadow yang melihat hal ini sudah tertawa puas. Ares sang Dewa Perang telah mati di tangannya! Benar-benar perasaan yang memuaskan.

Ketika dia hendak mematikan proyeksinya, Randika, yang tergeletak di lantai, tiba-tiba berteriak.

"UAHH!"

Shadow yang mendengar hal ini langsung mengerutkan dahinya, Ares belum mati?

Pada saat ini, Randika merasa tubuhnya seperti ingin meledak. Kekuatan misterius dalam tubuhnya keluar sekaligus. Saat ini, semua pori-pori di dalam tubuhnya terbuka dan memuncratkan darah!

Dari sisi penglihatan Shadow, dia melihat Randika yang tiba-tiba berteriak itu sudah bagaikan air mancur darah. Mau itu di wajah, perut, paha, kaki, semua bagian tubuhnya memuncratkan darah.

Bahkan darah tersebut sampai menyelimuti kamera di dalam ruangan hingga merah.

Shadow mengambil langkah mundur dan wajahnya terlihat jelek. Sepertinya situasi mengalami perubahan dan firasatnya mengatakan bahwa hal ini sangatlah buruk.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.