Legenda Dewa Harem

Chapter 232: Akhirnya Aku Menemukanmu!



Chapter 232: Akhirnya Aku Menemukanmu!

Darah Shou sudah mendidih, dia ingin menguliti Randika hidup-hidup.

Randika tersenyum, dan pada saat ini, dua teman dari Shou kebetulan lewat. Ketika melihat temannya melotot ke Kaori dan pria di sampingnya, mereka berdua bisa menebak apa yang terjadi.

Shou yang mengejar-ngejar Kaori sudah merupakan rahasia umum, semua orang mengetahui hal ini. Kaori yang berdampingan dengan pria lain merupakan tanda bahwa dia sudah menemukan pacar baru.

Shou terus melototi Randika. Ciuman dan aksi meraba Randika itu benar-benar merupakan sebuah provokasi bagi dirinya. Lagipula, siapa yang dapat tahan melihat pujaan hatinya dicium dan tubuhnya diraba-raba di depan mata?

Randika menghela napas. "Masih belum percaya? Apa kamu mau aku lebih berani lagi?"

Mendengar kata-kata Randika barusan, Shou tambah lebih marah. Dia hampir melayangkan sebuah pukulan. Kedua temannya berhasil mencegah Shou bertindak gegabah, mereka lalu menoleh ke arah Randika dan memarahinya. "Kau ini buta atau bagaimana? Kaori itu ceweknya Shou, bocah ingusan sepertimu tidak pantas berada di sampingnya. Cepat pergi sebelum wajahmu babak belur."

Semua pejalan kaki melihat kejadian panas ini dan mulai berkumpul. Cinta anak muda memang terkadang penuh drama.

Randika menggelengkan kepalanya dan menatap mereka bertiga. "Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Melihat sikap arogan Randika, kesabaran Shou sudah habis. Ketika dirinya baru melangkah 2 langkah, suara berdengung dapat terdengar dengan jelas dan makin mendekat.

Ketika Shou dan 2 temannya menoleh ke atas, drone berukuran besar melayang jatuh menuju tempat mereka dan kecepatannya benar-benar luar biasa cepat!

Melihat drone yang melayang jatuh tidak terkendali itu, mereka bertiga mengeluarkan keringat dingin. Namun, laju drone itu tiba-tiba berubah dan sekarang melayang menuju tempat Randika berada!

Semua yang menonton adegan drama percintaan ini sadar akan bahaya yang mendekat itu dan langsung berteriak pada Randika.

Melihat drone itu hampir mengenai kepala Randika, beberapa orang sudah menutup mata mereka karena tidak berani melihat adegan berdarah yang terjadi. Kaori yang di samping Randika sudah menutup matanya dan meremas tangan Randika.

Drone itu lepas kendali dan dalam sekejap akan menabrak kepala Randika. Ketika drone itu hampir mengenai kepalanya, Randika memberikannya sebuah pukulan. Pukulan itu tepat mengenai badan drone dan, dengan satu pukulan, drone itu pecah hingga berkeping-keping.

Semua orang yang membuka mata mereka sudah terkejut bukan main ketika melihat Randika dengan mudahnya menghancurkan drone itu dengan satu pukulan.

Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah drone itu melayang jatuh dengan sangat cepat?

Bukan hanya para penonton, Shou dan temannya juga terkejut. Drone itu berukuran besar, terbuat dari besi dan melayang jatuh dengan kecepatan tinggi, mana mungkin orang bisa memukulnya dengan akurat?

Dan terlebih lagi, drone itu hancur berkeping-keping seakan-akan terbuat dari kertas!

Fenomena ini memang luar biasa.

Shou menatap Randika seolah-olah sedang melihat monster.

Randika menepuk-nepuk tangannya dan menatap Shou seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. "Apa kalian ingin berkelahi?"

Berkelahi?

Tubuh Shou sudah bergetar, senyumannya benar-benar canggung. Berkelahi dengan seorang monster? Dia tidak pernah melihat orang semengerikan ini.

Satu-satunya jalan untuk menghadapi orang seperti ini adalah kabur!

"Bukan, bukan, aku sama sekali tidak berniatan seperti itu." Shou dengan cepat menggelengkan kepalanya, keringat dinginnya tidak pernah berhenti mengucur. Dia ingin cepat-cepat kabur dari tempat ini.

"Terus kenapa kalian masih ada di sini?" Randika mengerutkan dahinya.

Mendengar kata-kata ini, Shou dan kedua temannya mengerti petunjuk yang disampaikan Randika dan berjalan pergi.

Tanpa berkata apa-apa, kecepatan jalan Shou dan temannya sudah hampir mirip dengan berlari. Sepertinya mereka benar-benar takut dengan Randika.

Para pejalan kaki masih terpana. Ketika mereka melihat ketiga orang itu lari terbirit-birit, mereka semua merenung. Sepertinya mereka tidak bisa lagi melihat betapa mengerikannya kekuatan orang itu.

Kaori masih linglung. Meskipun dia telah menyaksikan kekuatan Randika sebelumnya, sepertinya dia selalu kagum setiap kali dia melihatnya.

Setelah beberapa saat, Randika mengantar kembali Kaori ke rumahnya. Tepat di depan pagar rumahnya, Kaori terdiam. Dengan wajah yang tersenyum, dia berkata pada Randika. "Terima kasih untuk hari ini, aku benar-benar senang."

Randika membalas senyumannya. "Yang seharusnya berterima kasih itu aku, aku sangat menikmati momen kita berdua."

Kaori terus terdiam dan mereka berdua berdiri di depan pagar.

Sambil menatap Randika, Kaori memberanikan dirinya dan mengatakan. "Apa kamu ingin masuk dan minum teh? Aku kebetulan pagi tadi baru saja memanggang kue."

Pertanda yang sangat jelas!

Randika tersenyum dan membalas, "Baiklah."

Kaori bahagia bukan main. Ketika mereka berdua hendak membuka pintu, terdengar suara dari dalam. "Kaori, apa kamu sudah pulang?"

Randika dan Kaori sama-sama terkejut. Namun rasa terkejut itu berubah menjadi panik, kenapa ibunya tiba-tiba datang hari ini?"

"Ibu hari ini datang sama ayahmu karena sudah lama kita tidak melihat wajahmu. Bagaimana kalau nanti kita pergi makan malam bersama?"

Mendengar kata-kata tersebut, Kaori menjadi murung dan Randika berkata padanya sambil tersenyum. "Tidak apa-apa, lain kali aku akan datang lagi."

Melihat sosok Randika yang menjauh, Kaori mengejarnya dan menangkap tangannya. Sambil meneteskan setitik air mata, dia memberinya sebuah ciuman.

Ciuman itu terasa spesial dan lama, entah kenapa Kaori tidak ingin berpisah dengannya hari ini.

Ketika ciuman itu berakhir, Kaori memeluk Randika sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Bu, kenapa tidak telepon dulu kalau mau ke sini?"

"Eh ibu barusan lihat kalian berciuman di luar. Apa itu pacarmu? Kenapa kamu tidak membawanya masuk? Ibu kan ingin tahu calon menantuku seperti apa."

Ketika dirinya berjalan sambil tersenyum, Randika merasa bibirnya masih terasa hangat.

Baginya Kaori merupakan pengalaman indah di Tokyo. Tentu saja, apakah dia bisa bertemu lagi dengannya merupakan sebuah tanda tanya. Tetapi selama dia masih ada di Tokyo, mereka pasti akan bertemu lagi suatu saat nanti.

....

Dua hari kemudian, pasukan Ares yang terus bekerja itu mengalami progress yang baik. Catherine sebagai otak dari pasukan Ares ini mulai membersihkan Tokyo dari pengaruh-pengaruh Bulan Kegelapan. Dengan bekerja sama dengan para jenderal, kekuatan dari pasukan Bulan Kegelapan bukanlah masalah bagi mereka.

Selain dari pertempuran, Catherine juga sibuk menjalin hubungan dengan para politikus, pebisnis dan orang-orang berpengaruh di Tokyo. Membangun hubungan yang baik akan membuat pasukannya ini bisa bergerak bebas.

Semuanya berjalan dengan sesuai rencana, dan pada saat ini menerima informasi berharga dari Yuna.

Markas dari Bulan Kegelapan telah ditemukan!

Melihat laporan tersebut, tatapan mata Randika berbinar. Akhirnya dia menemukannya!

Tanpa pikir panjang, dia meminta Yuna menghubungi semua jenderal dan letnan untuk segera berkumpul.

Kali ini Randika ingin menghancurkan Bulan Kegelapan untuk selama-lamanya!

Kematian untuk si pengkhianat!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.