Legenda Dewa Harem

Chapter 290: Orang Lokal juga Bisa!



Chapter 290: Orang Lokal juga Bisa!

Aksi Randika yang luar biasa ini membuat semua orang kagum. Dia sudah seperti seakan-akan berjalan melewati tebing yang datar, benar-benar luar biasa.

Beberapa orang langsung mengeluarkan HP mereka untuk merekam kejadian ini.

"Apanya yang spiderman, orang lokal juga bisa!"

"Benar-benar luar biasa."

Pada saat penonton-penonton ini sibuk mengabadikan kejadian ini lewat HP mereka, Randika sudah bergelantungan di samping perempuan tersebut.

Pada saat ini, perempuan tersebut sudah menutup matanya dan sudah di ambang tenaganya. Wajah dan punggungnya sudah basah oleh keringat dingin dan dia sudah bersiap menyambut ajalnya. Dia sama sekali tidak sadar bahwa Randika sudah berada di sampingnya.

"Jangan takut, bukalah matamu itu."

Pada saat ini, tiba-tiba perempuan tersebut mendengar suara lembut. Ketika dia membuka matanya, dia melihat wajah senyum Randika.

Apakah dia berhalusinasi?

Perempuan itu terkejut, dan pada saat ini, tangannya itu sudah tidak kuat lagi dan melepaskan genggamannya. Dalam sekejap seluruh tubuhnya terjun bebas menuju bawah!

Semua orang berteriak ketakutan. Selesai sudah, perempuan itu sudah pasti mati!

Namun pada saat krusial, Randika ikut melompat menuju perempuan tersebut. Tangan kirinya berhasil menangkap erat tangan perempuan tersebut sedangkan tangan kanannya berhasil menangkap tali baru yang diulurkan dari atas tebing.

Semuanya berlangsung hanya dalam 1 detik, Randika berhasil menyelamatkan perempuan tersebut dan dirinya sendiri dengan menangkap tali tersebut.

Semua orang yang tidak tega melihat perempuan itu mati langsung terkejut ketika Randika berhasil menyelamatkannya.

"WOW, kak Randika memang luar biasa!" Hannah sudah bertepuk tangan gembira, kakak iparnya itu benar-benar hebat!

Inggrid juga tersenyum lega, sepertinya istrinya itu sudah terbiasa dengan aksi nekat Randika.

Setelah linglung mereka hilang, para penonton mulai bersorak untuk Randika.

"Pahlawan! Orang itu pahlawan kita!"

"Lihat ototnya itu, aku yakin perutnya juga sexy seperti itu."

"Ya Tuhan, semoga saja dia masih jomblo." Kata beberapa perempuan yang terpukau oleh aksi Randika.

"Ibu, aku nanti kalau sudah besar bisa sehebat orang itu tidak?" Tanya seorang anak kecil.

Si ibu menggendongnya lalu berkata pada anaknya. "Pasti nak, yang penting kamu makan makanan sehat."

Sambil dilihat oleh banyak orang, Randika perlahan turun sambil terus memegang perempuan tersebut dengan satu tangan. Benar-benar kekuatan fisik yang luar biasa.

Setelah mendarat di bawah, Randika berjalan menghampiri para panitia sambil menggendong perempuan tersebut dengan kedua tangannya.

Namun, tiba-tiba Randika berhenti berjalan dan memasang wajah penuh senyuman yang lebar sekaligus hangat. Dia ingin menikmati sorakan hangat para penonton ini lebih lama.

Di pelukannya Randika, perempuan itu menatap senyumannya Randika dan wajahnya menjadi merah. Salah satu tangan Randika itu tepat berada di dadanya dan sedikit demi sedikit mulai meremas dadanya, dia tidak tahu apakah sang penyelamatnya ini sengaja atau tidak sengaja melakukannya.

Namun, perempuan ini sama sekali tidak marah justru dia sangat menikmatinya. Sosok Randika benar-benar sudah melekat di hatinya.

Seorang pahlawan yang datang di keadaan terdesak memang selalu mudah mendapatkan hati perempuan.

Randika yang berdiri diam sambil tersenyum itu sangat menikmati pujian-pujian yang dilontarkan oleh orang-orang. Pada saat yang sama, dia merasakan sensasi empuk di tangan kanannya. Secara tidak sadar, tangan Randika itu makin kuat menggenggamnya.

Tetapi menurut pengalamannya, seharusnya yang dia pegang ini adalah .. Dalam sekejap, dia menoleh ke arah perempuan yang diselamatkannya itu dan menyadari wajahnya sudah merah padam.

"Maaf, aku tidak sengaja." Kata Randika sambil tersenyum. Perempuan itu mengangguk dan tidak marah, malahan dia memberanikan diri untuk bertanya. "Terima kasih telah menolongku, boleh aku tahu siapa namamu?"

"Namaku adalah Randika."

Pada saat ini, semua orang sudah mengerumuni Randika.

"Malam ini kamu nganggur tidak? Hatiku kesepian nih butuh seseorang untuk mengisi."

"Hei, aku berminat untuk menjadi manajermu ketika sudah terkenal nanti. Bersama kita akan menjadi artis kaya!"

"Minta tanda tangannya!"

Suara yang serentak itu membuat Randika pusing.

.....

Namun setelah Randika menurunkan perempuan yang dia tolong itu, tiba-tiba sosoknya menghilang dari tengah kerumunan.

"Lho? Bukannya dia barusan di depanku?"

"Hilang ke mana dia?"

Pada saat ini, Randika sudah berada di samping Hannah dan Inggrid sambil menyembunyikan wajahnya.

"Kak, kamu benar-benar luar biasa! Kamu harus mengajariku kapan-kapan."

"Sudah lupakan itu dulu, ayo cepat kita pergi dari sini dan daki gunungnya." Kata Randika.

"Tidak mau, kakak harus berjanji dulu." Kata Hannah sambil cemberut.

"Han, apa kamu pikir berlatih seperti itu tidak berbahaya? Apa kamu mau memiliki luka seperti punyaku ini?"

Ketika diperlihatkan luka di punggung Randika, Hannah menjadi takut. "Masa sampai segitunya kak? Tidak jadi deh, aku masih ingin menikah."

"Tentu saja berlatih sampai di tahapku ini sangat berbahaya. Jika kamu ingin berlatih ilmu bela diri, kamu harus siap menerima seribu luka. Luka-luka ini lebih parah daripada jerawatmu kapan hari. Kedua, fisik dan mentalmu memang lebih kuat tetapi kamu harus rela merelakan hal-hal duniawi seperti berbelanja, menonton TV dll untuk sampai ke tahapku. Ketiga ."

"Stop kak, stop! Baiklah aku tidak akan meminta kak Randika untuk mengajariku." Ketika mendengar tidak bisa berbelanja ataupun bermain-main, hal itu sudah cukup membuat Hannah menyerah untuk belajar dari Randika.

Inggrid mencubit pinggang Randika. "Kamu ini ya, kok sukanya nakut-nakutin adik sendiri."

Randika tertawa, Hannah yang marah langsung memarahinya. "Kak, kenapa kakak selalu jahil sih!" Dia sudah melepas sepatunya dan sudah siap melemparnya.

"Ampun Han, ampun." Kata Randika sambil berlari dan berlindung di belakang Inggrid.

Ketiganya lalu mendaki gunung dengan gembira, mereka tidak lupa menikmati pemandangan alam yang luar biasa.

Di perjalanan mereka, tentu saja mereka juga bercanda dan sambil bermain-main. Hannah, yang baru saja keluar dari rumah sakit, sangat bersemangat dan terus-menerus berbicara mengenai banyak hal.

Banyak orang yang ikut mendaki gunung ini bersama mereka, bagaimanapun juga hari ini adalah akhir pekan. Banyak orang yang datang ke gunung ini untuk bersantai dan menikmati pemandangan alam.

Setelah satu setengah jam berjalan, mereka akhirnya mencapai puncak.

"Wah, udaranya benar-benar bersih." Hannah menghirup udara dalam-dalam sedangkan Inggrid menatap langit yang seakan berada di genggamannya.

Di hadapan mereka, mereka bisa melihat kota Cendrawasih yang sibuk beraktivitas dan pemandangan hutan yang sungguh menakjubkan.

"Kak Randika, coba lihat patung batu ini." Hannah terlihat masih memiliki energi yang banyak.

Randika lalu memperhatikan patung manusia yang sudah cukup rusak itu, sepertinya batu ini berumur ratusan tahun.

Randika lalu berjalan menuju tepi, ketika dia menatap ke bawah dia tidak bisa melihat kaki gunung karena banyaknya pohon itu. Sepertinya dia masih berharap bisa bertemu dengan perempuan yang diselamatkannya tadi itu dan ingin merasakan dadanya sekali lagi.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.