Legenda Dewa Harem

Chapter 329: Kemarahan Randika yang Meluap-luap



Chapter 329: Kemarahan Randika yang Meluap-luap

Ketika ledakan beruntun itu hampir selesai, lantai ruangan Inggrid sudah runtuh ke bawah. Tanpa pikir panjang, Randika melompat ke arah Inggrid.

"Inggrid!" Randika dengan cepat melompat dan menangkap Inggrid.

"Pegangan yang kuat!"

Seketika itu juga Inggrid memeluk erat Randika. Di atas mereka, atap ruangan serta atap bangunan itu ikut terjun bersama mereka. Ketika nanti mereka berhasil mendarat, mereka harus menghadapi bahaya yang datang dari atas tersebut.

Karena mereka berada di lantai 10, mereka terjun ke bawah cukup lama karena 3 lantai di bawah mereka itu juga sudah hancur sepenuhnya.

Anna mendengus dingin melihat Randika dan Inggrid itu masih hidup dari teropongnya. Tetapi seharusnya 2 orang itu akan mati apabila melihat gedung yang runtuh itu akan menimpa mereka.

Di saat Randika melihat lantai yang masih setengah hancur tidak jauh darinya, dia mengerutkan dahinya. Jika dia dan Inggrid berhenti di lantai tersebut, jelas mereka akan tertindih dari atas.

Randika sendiri tidak mempunyai pilihan karena dia sama sekali tidak bisa menghindari reruntuhan dari atas tersebut, terlebih lagi tangannya yang satu memegang Inggrid.

Ketika dirinya melihat ke atas, dia dapat melihat berbagai macam barang dan reruntuhan siap membunuhnya kapan saja. Kejadian hari ini justru lebih mengerikan daripada saat menghadapi gedung yang diledakkan oleh Shadow.

Ketika Randika sibuk berpikir, tiba-tiba pilar di lantai tempat dia akan mendarat itu runtuh. Seluruh tubuh Randika sudah dilapisi oleh tenaga dalamnya. Dia lalu menghancurkan pilar tersebut karena khawatir lantai yang sudah setengah hancur itu akan runtuh apabila berat pilar itu ditambahi berat reruntuhan dari atap.

Ketika dia sudah mendarat, reruntuhan dari atas sudah sangat dekat dengannya dan sudah tidak mungkin dia bisa menghindarinya.

"Tutup matamu!" Kata Randika.

Inggrid tidak ragu-ragu menuruti Randika dan menutup matanya dengan cepat. Sambil memeluk Inggrid, Randika langsung membelakangi reruntuhan itu dan berusaha menahan apa saja yang akan menimpanya.

BOOM!

Sebuah batu besar menabrak punggung Randika dengan keras, hebatnya batu itu langsung hancur. Namun, reruntuhan lain segera menyusul dan sekarang Randika dan Inggrid tertindih olehnya.

Bersamaan dengan ini, keadaan mulai menjadi tenang meskipun debu masih berkeliaran di mana-mana. Pada saat ini, bagian sisi utara gedung perusahaan Cendrawasih sudah hancur lebur!

Para penonton di bawah itu sudah terpana melihat kejadian ini. Para polisi dan pemadam kebakaran tidak berani masuk dengan gegabah ke dalam gedung tidak stabil seperti itu.

Melihat gedung yang sudah setengah hancur itu, peralatan yang dibawa mereka sangatlah tidak memadai.

"Kapten, kita tidak bisa masuk kalau begini!"

"Bersabarlah, markas akan segera membawakan alat-alat yang dibutuhkan. Untuk sementara ini selamatkan yang ada!"

Mungkin sebagian orang akan menganggap para polisi dan pemadam kebakaran yang tidak segera bergerak itu tidak berani menyelamatkan orang-orang yang di dalam gedung. Namun, di hadapan gedung yang tidak tahu kapan bisa roboh itu dan reruntuhan yang menghalangi jalan masuk, mereka memang tidak berdaya. Bagaimanapun juga, mereka tetaplah manusia bukan Tuhan. Justru masuk dengan terburu-buru dan tanpa rencana adalah tindakan bodoh.

Deviana juga datang ke lokasi kejadian. Karena jabatannya mulai naik, dia memiliki lebih banyak anak buah sekarang.

Ketika mendengar bahwa perusahaan Cendrawasih dibom, hati Deviana benar-benar cemas. Dia tahu bahwa Randika bekerja di perusahaan ini, dia tidak tahu bagaimana keadaan temannya itu.

Sekarang yang bisa dilakukan para pemadam kebakaran dan polisi ini adalah membuat rencana penyelamatan yang mendetail sekaligus menentukan di mana titik-titik yang rawan bahaya. Baru setelah itu mereka bisa merencanakan evakuasi yang benar.

Garis polisi sudah terbentang dengan luas dan menghalangi para orang awam untuk masuk ke dalam lokasi kejadian. Pada saat ini, suara sirene tidak kunjung berhenti terdengar. Dari jauh, mobil dari satuan khusus dapat terlihat sedang melaju ke arah lokasi kejadian.

Bisa dibilang karena ini adalah kejadian paling menghebohkan dalam sejarah kota dan targetnya merupakan perusahaan nomor 1 di kota ini, para politikus dan petinggi negara yang berdiam di kota Cendrawasih ini mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Tentu saja, hal ini dilakukan untuk menaikkan citra mereka.

Oleh karena itu, beberapa satuan gabungan telah berdiskusi mengenai rencana evakuasi sekaligus penyelamatan. Tujuan utama mereka adalah menyelamatkan sebanyak mungkin sebelum gedung ini roboh seluruhnya.

Mereka juga mengerahkan anjing-anjing polisi yang terlatih untuk melacak keberadaan orang yang mungkin saja tertimbun oleh reruntuhan.

"Mari kita mulai."

Setelah rencana ditetapkan, para penyelamat ini mulai bekerja. Dengan menggunakan kamera digital yang bisa melacak suhu tubuh manusia dan anjing polisi, mereka bergegas masuk ke dalam gedung.

Orang-orang dari media TV maupun koran juga meliput kejadian ini. Bahkan para media TV melakukan siaran langsung untuk memberikan berita terbaru setiap saat.

Kejadian ini benar-benar menjadi sorotan publik. Terlebih lagi kota Cendrawasih merupakan kota yang cukup besar dan digandang-gandang sebagai pesaing dari Jakarta ataupun Surabaya. Namun, tiba-tiba ujung tombak kota ini telah dibom. Tentu kejadian ini sangat menarik dikaji oleh media.

Pada saat yang sama, para karyawan yang terperangkap di bagian gedung yang masih berdiri itu bertemu dengan tim penyelamat.

"Hei, ada orang di sini!" Seorang polisi yang membawa anjingnya itu menemukan tanda-tanda kehidupan. Dalam sekejap, timnya langsung bergegas untuk memindahkan reruntuhan. Tidak lama kemudian, beberapa orang yang bersimbah darah dan tertindih bebatuan dapat terlihat.

Dengan sigap, salah satu dari tim penyelamat mengeluarkan tandu dan membawa mereka ke ambulans. Sekarang musuh mereka adalah waktu.

Misi penyelamatan dilakukan kembali dengan cepat dan efisien. Orang demi orang mereka temukan dan nyawa demi nyawa terus mereka selamatkan.

Pada saat ini, salah satu dari mereka menemukan seorang pria yang tertindih oleh banyak batu besar dan rupanya dia masih bernapas. Ini benar-benar sebuah keajaiban kalau melihat betapa besar beban yang menindih dirinya.

Namun, apabila dilihat baik-baik, mereka menemukan bahwa orang tersebut memeluk seorang perempuan! Pada saat mereka hampir selesai memindahkan reruntuhannya, pria itu tiba-tiba bergerak.

"Masih sadar?" Tentu saja para tim penyelamat ini benar-benar terkejut, mereka tidak menyangka bahwa orang tersebut masih bisa bergerak. Karena takut beban yang dia tahan dengan punggungnya itu runtuh mengenai Inggrid, Randika akhirnya memutuskan untuk menunggu bantuan. Setelah 90% reruntuhan itu terangkat, akhirnya Randika bisa bergerak dengan bebas sekali lagi.

Tubuhnya itu penuh debu dan punggungnya penuh luka sekaligus memar, darah terus mengucur dari mulutnya tetapi kedua matanya itu terlihat bersinar.

Meskipun dia sudah mengalirkan tenaga dalamnya untuk melindungi dirinya, reruntuhan sebesar itu tetap melukai tubuhnya. Untungnya saja, Inggrid tidak terluka sama sekali berkat dirinya.

Ketika orang-orang menghampiri Randika, dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata pada mereka. "Aku tidak apa-apa."

Setelah itu, Randika menggendong Inggrid keluar dari reruntuhan. Para penyelamat itu menawarkan bantuan untuk membawa Inggrid ke rumah sakit tetapi niat baik mereka telah ditolak oleh Randika. Pada saat ini, Inggrid membuka matanya dan menatap Randika. Hatinya terasa sedih melihat Randika yang terluka.

"Kamu tidak apa-apa?" Katanya sambil meneteskan air mata.

"Tentu saja, apa kamu pikir aku akan mati meninggalkanmu?" Kata Randika sambil tersenyum.

Dalam perjalanannya menuju pintu keluar, ratusan pertolongan dari tim penyelamat telah ditolak oleh Randika. Dia hanya ingin membawa Inggrid ke tempat yang aman.

Di dalam hati Randika, kemarahannya sudah memuncak. Tidak peduli siapa, tidak peduli di mana dia bersembunyi, dia akan memburu siapa pun yang berani menyerangnya!

Seluruh kemarahannya ini tertuju pada satu nama yaitu Bulan Kegelapan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.