Legenda Dewa Harem

Chapter 154: Lahirnya Seorang Kasim



Chapter 154: Lahirnya Seorang Kasim

Inggrid kembali berusaha melawan, tetapi karena tangannya terikat dan ditindih oleh Henry, dia sama sekali tidak berdaya.

"Semakin kau melawan, aku semakin senang." Kata Henry sambil tertawa.

Menatap Henry dengan tatapan marah, Inggrid berteriak keras. "Bahkan seribu tahun pun, aku tidak akan tunduk dengan pria mesum sepertimu!"

"Mesum? Aku suka dengan julukan itu." Kata Henry sambil tersenyum. Dia lalu mulai merobek baju Inggrid, sudah tidak sabar melihat dada yang ada di balik baju tersebut.

Apakah kesucianku akan diambil hari ini?

Pemikiran seperti itu langsung terlintas di benak Inggrid. Tetapi di tengah keputus asaannya itu, sosok Randika tiba-tiba muncul. Dia dapat dengan jelas melihat sosok suaminya itu tersenyum padanya, hatinya lalu mengepal keras.

Akankah kau datang untuk menyelamatkanku?

Pada saat yang sama, di luar pintu ruangan, Randika masih bertarung dengan kedua pendekar andalan keluarga Alfred. Detik demi detik, aura membunuh Randika semakin besar. Inggrid yang ada di balik pintu itu sudah pasti sedang menunggu dirinya. Aura membunuh yang kian besar itu membuat kedua pendekar ini ketakutan dan sulit bernapas.

Mengepalkan tinjunya, tatapan mata Randika menjadi serius. Dengan kecepatan cahaya, dia melesat ke arah kedua pendekar itu. Tangan kanannya yang bagaikan peluru dan jari-jarinya yang sudah penuh dengan tenaga dalamnya, melesat dan menusuk ke salah satu tenggorokan pendekar!

Pendekar itu sudah tahu dan siap dengan serangan tersebut tetapi dia tetap tidak bisa menghindar. Kecepatan Randika benar-benar jauh lebih cepat darinya.

Pendekar satunya benar-benar terkejut. Ketika dia ingin membantu temannya, Randika menghantamnya dengan tinjunya hingga dia terdorong mundur.

Pukulan Randika benar-benar kuat, dia sama sekali tidak bisa berhenti mundur. Tahu-tahu dia sudah menabrak keras tembok.

Pendekar paruh baya ini ingin kembali berdiri tetapi rasa sakit yang menyakitkan mulai menguasai tubuhnya. Dan di saat yang bersamaan, Randika sudah berdiri di hadapannya.

Melihat tatapan mematikan Randika, pendekar ini ingin memohon ampun atas nyawanya. Tetapi Randika dengan keras menendang selangkangannya dan membuatnya pingsan.

Sambil tangannya berlumuran darah, tatapan Randika jatuh pada pintu ruangan yang tidak terjaga.

Pada saat ini, Henry sudah meneteskan air liurnya ketika melihat wajah tidak berdaya Inggrid. Dia sudah bersiap menurunkan celana dalamnya dan menanamkan benihnya.

Namun pada saat ini, dari arah pintunya terdengar suara ledakan yang keras. Pintu itu dengan mudah lepas dari engselnya dan menatap tembok.

Henry terkejut bukan main, dia lalu menatap ke arah pintu. Inggrid juga membuka matanya, apakah itu benar-benar dia?

Sosok Randika muncul di mata mereka berdua, Henry langsung mengerutkan dahinya. "Siapa kamu?"

Inggrid sudah menatap Randika dengan perasaan bahagia dan setetes air mata. Dia benar-benar datang untuk dirinya!

Randika menatap kedua orang itu di atas kasur, dia melihat istrinya hendak diperkosa oleh anak manja dari keluarga kaya itu. Rasa marahnya itu segera memuncak dan membuat udara bergetar. Dalam sekejap dia sudah berada di depan Henry dan menendangnya. Dengan cepat Henry tergeletak di lantai dan meringkuk kesakitan.

"Maaf aku terlambat." Tatapan mata Randika langsung melunak ketika berbicara dengan Inggrid, dia lalu melepas ikatan di tangannya.

Setelah lepas, Inggrid langsung memeluk erat Randika. Hatinya merasa lega dan air matanya tidak bisa berhenti.

Randika membalas pelukannya itu dan mengelus-elus rambut istrinya.

"Maafkan aku, kamu mengalami semua ini gara-gara aku."

"Aku kira aku tidak akan pernah melihatmu lagi." Inggrid tidak bisa berhenti menangis. Apabila dia benar-benar diperkosa oleh Henry, Inggrid tidak pernah akan berani bertemu dengan Randika lagi.

"Sudah, sudah, tidak akan ada orang yang bisa memisahkan kita lagi." Randika kembali menenangkan Inggrid. Dan pada saat ini, Henry mulai berdiri dan melihat mereka berdua sedang berpelukan.

Henry lalu mendengus sambil mengatakan. "Ternyata si suami yang datang."

"Sayang, biarkan aku mengatasi orang itu dulu ya." Kata Randika sambil mengusap air mata Inggrid. Dia lalu datang menghampiri Henry.

"Apa Apa maumu?" Henry benar-benar ketakutan, celana dalamnya terlihat mulai basah.

"Menurutmu apa yang akan kulakukan?" Randika menatap anak kelima dari keluarga Alfred itu dengan tatapan jijik, nada suaranya penuh dengan ancaman.

Henry sudah merasakan niat membunuh Randika yang meluap-luap. Dia lalu berteriak. "Berani menyentuhku maka kau akan mati, aku punya anak buah yang mampu membunuhmu hanya dengan satu jari!"

"Maksudmu dua kakek tua di luar itu?" Kata Randika dengan santai.

Mendengar nada Randika itu, Henry mulai memiliki perasaan tidak enak. Dia menarik napas dan berteriak keras. "Oi tua bangka, ada musuh menerobos masuk!"

Setelah beberapa saat, tidak ada orang yang menjawabnya.

"Orang mati tidak akan bisa mendengar suaramu." Tatapan Randika menjadi dingin, dia lalu menampar Henry dengan keras. Dalam sekejap Henry merasa pusing dan salah satu giginya copot! Benar-benar kekuatan yang mengerikan.

Henry benar-benar merasa bumi berguncang, dia sudah tidak mampu berdiri lagi dan jatuh di tanah.

Setelah beberapa saat, Henry sudah kembali normal. Melihat wajah mengerikan Randika itu, dia mulai menjadi panik. "Kau tahu aku siapa? Aku adalah keturunan dari keluarga Alfred, kau tidak bisa menyentuhku! Jika kau macam-macam, keluargaku tidak akan tinggal diam."

Mendengar ancaman kosong Henry itu, Randika hanya menggelengkan kepalanya. Semut tetaplah semut, di hadapan singa mereka bukanlah apa-apa.

"Keluarga Alfred dari Jakarta?" Tanya Randika dengan wajah datar.

Henry merinding ketika melihat ekspresi Randika. Dia lalu mengatakan. "Benar, aku adalah anak kelima dari keluarga Alfred dari Jakarta. Sekarang, lepaskan aku atau kau akan menerima takdir yang lebih kejam daripada kematian."

"Oh ya? Kalau begitu aku akan membunuh mereka satu per satu." Tatapan Randika menjadi dingin dan tanpa berpikir panjang, dia menginjak keras selangkangan milik Henry!

Dalam sekejap, suara telur pecah terdengar dengan jelas. Wajah Henry benar-benar pucat pasi seperti kertas. Randika sudah menghancurkan garis keturunan milik Henry.

"AGHH!"

Suara kesakitan seperti rintihan babi langsung terdengar, Henry merasakan rasa sakit yang bukan main. Dia memegangi buah zakarnya dan berputar-putar di lantai.

Randika memastikan Henry tidak bisa lagi berbuat seperti ini pada wanita lain untuk selamanya.

Henry resmi menjadi kasim, mungkin ini adalah waktu yang tepat baginya untuk bertobat.

"Sialan Kau Berani-beraninya kau!" Henry masih kesakitan, tetapi menggunakan sisa tenaganya dia menatap Randika dengan tatapan kebencian. Dia ingin menguliti Randika hidup-hidup.

"Jika aku melihat kau masih ada di kota ini, aku akan membunuhmu." Kata Randika dengan muka serius.

Setelah mendengar hal tersebut, Henry sudah tidak berani menatap Randika.

Randika lalu berkata sekali lagi. "Kali ini aku akan membiarkanmu pergi dari sini. Tetapi kalau kau ingin membalas dendam, datanglah kapan saja dan aku akan meladenimu. Tetapi kalau kau berani menyentuh Inggrid ataupun keluarganya, aku akan memburumu dan keluargamu. Mayat kalian akan kugantung di depan rumah kalian!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.